Figur Seorang Suami

Bagaimana dengan keteladanan kita, Rasulullah Shalallahu'alaihi wa Sallam sebagai seorang suami? Tentu saja beliau layak menjadi figur teladan para suami. Walau beliau Shalallahu'alaihi wa Sallam memiliki kedudukan yang mulia dan derajat yang tinggi, acapkali turut mengerjakan dan membantu pekerjaan rumah tangga.

Seperti yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad Rahimahullah dan Imam at Tirmidzi Rahimahullah,
Aisyah Radhiallahu'anha pernah ditanya, 'Apakah yang dilakukan Rasulullah Shalallahu'alaihi wa Sallam didalam rumah? Ia menjawab, 'Beliau adalah seorang manusia biasa. Beliau menambal pakaiannya sendiri, memerah susu, dan melayani diri beliau sendiri.'

Demikian pula dalam pergaulan, beliau merupakan pribadi yang menyenangkan semua pihak dari anak kecil hingga orang tua. Beliau senantiasa tersenyum, luhur budi pekerti lagi rendah hati, beliau bukanlah orang yang kasar, tak suka berteriak, bukan tukang cela, bahkan dalam perkara yang banyak orang anggap sepele, beliaupun ternyata tak pernah mencela makanan yang tak disukainya.

Beliau Rasulullah Shalallahu'alaihi wa Sallam pun ternyata jauh dari kesan yang dibayangkan oleh banyak orang seperti suami yang selalu serius, disiplin, dan tegas. Padahal beliau adalah suami yang paing lembut dan seorang periang. Sikapnya terhadap istri beliau terkadang dengan wajah yang riang penuh sendau gurau jauh dari kesan formal.

Walau demikian, Beliau Shalallahu'alaihi wa Sallam tetap berwibawa dihadapan para istrinya. Kelembutan, bercanda, berlapang dada dari kemarahan, tak menghalangi beliau untuk bersikap tegas dan disiplin terhadap para istrinya dalam kondisi yang tidak sesuai. Ketika para istri beliau menuntut terlalu banyak dalam hal nafkah dan perhiasan, maka sikap beliau ketika itu marah dengan kemarahan yang halus dimana beliau bertekad untuk tidak mendekati mereka selama 1 bulan seperti yang dijelaskan oleh Al Quran dalam surat Al-Ahzab: 28-29.

Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, "Jika kamu seklaian mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya kuberikan kepadamu mut'ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik. Dan jika kamu sekalian menghendaki keridhaan Allah dan RasulNya serta kesenangan di negri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik diantaramu pahala yang besar."

Disamping itu beliau sebagai suami tentu saja kesetiaannya tak ada duanya. Beliau Shalallahu'alaihi wa Sallam tetap menjaga kesetiaan kepada Khadijah ketika masih hidup bahkan hingga wafat. Ia senantiasa memuji istrinya dalam banyak kesempatan dan menyambung hubungan terhadap orang yang memiliki hubungan dengan Khadijah tatkala masih hidup.

[Disalin dari majalah Nabila Edisi 09/Tahun1/Februari 2005]

0 comments: